Blogroll

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Minggu, 20 Januari 2013

makalah organ reproduksi hewan




Tugas : biologi dasar





MAKALAH ORGAN REPRODUKSI PADA HEWAN








O L E H

Reza setyawan
L1A1 12 094



JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS  HALUOLEO
KENDARI
2012





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan. (Anonymous.2009 ). Reproduksi hewan jantan adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina.

Pada hewan ternak, alat kelamin jantan umumnya mempunyai bentuk yang hampir bersamaan, terdiri dari testis yang terletak di dalam skrotum, saluran-saluran alat kelamin, penis, dan kelenjar aksesoris. Alat kelamin jantan dibagi menjadi alat kelamin primer berupa testis dan alat kelamin sekunder berbentuk saluran-saluran yang menghubungkan testis dengan dunia luar yaitu vas deferent, epididimis, vas deferent, dan penis yang di dalamnya terdapat uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan cairan aksesoris keluar pada waktu ejakulasi .

Dan dalam paper ini kami akan menjabarkan masing-masing organ reproduksi ternak jantan beserta letak masing-masing organ tersebut. Maka dari itu kami memberi judul paper ini “ANATOMI ORGAN REPRODUKSI TERNAK JANTAN “, yang akan dijabarkan sebagaimana berikut ini.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqCcQMK5zf5MTYBg-QeheXslYqSI73ZXzxsUfXANMi9aR2JCS9R7TdKNeCwbLRScqAeq5ARcrj5jxedOnGwi5xfGh4nrZlG_OCSuaKr7NAB7RDEDVQ-UHm5RP93GgCcbjlUjQax-e0Of2G/s1600/New+Picture+%284%29.png



1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum mengenai Pengenalan Organ Reproduksi Jantan adalah mengetahui ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-bagian organ kelamin jantan serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.        Kegunaannya adalah agar praktikan dapat mengenal dan mengetahui ukuran, bentuk serta fungsi dari masing-masing bagian organ kelamin jantan.

1.3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengenal serta mengetahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi pada hewan ternak,yang belum pernah didapat sebelumnya disemester lalu.




BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen; (a) organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis testiculus (jamak: testes atau testiculae), disebut juga orchis didymos, (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap kelenjar-kelenjar vesikularis, prostata dan cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas deferens, dan (c) alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis ( Toelihere, 1979 dan Marawali2001).

            Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).

            Struktur-struktur testis meliputi;  a) Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung testis. Licin karena banyak mengandung pembuluh syaraf dan darah.  b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus, merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari Lobulus;  d) Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan Lobulus;  e) Ductus efferentis;  f) Caput Epididimis, membentuk suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung proximal testis.  g) Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis membelok ke atas;  h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testis yang membelok ke atas.  i) Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere,Marawali2001).


Epididimis
Epididimis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).

Vas deferens
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali, 2001).
Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya 2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (jony,Marawali,2001). Sperma diangkut dari ekor epididimis ke ampula di bantu dengan gerakan peristaltik vas deferens. Kelenjar-kelenjar vesikularis mengahasilkan fruktosa dan asam sitrat. Ampula dapat diurut secara manual untuk memperoleh semen (Toelihere 1979, Marawali 2001).

           Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen. Pada saat praktikum, untuk mengamati gambaran eksternal dari testis dinding yang mengandung otot-otot licin tersebut di kupas sampai testis terlihat dan Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya 2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Marawali, 2001).
BAB III
PEMBAHASAN


3.1 . ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN TERNAK

            Organ reproduksi ternak jantan tersiri dari testes, scrotum, corda spermaticus, kelenjar tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran reproduksi jantan. System saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis, epididymis, vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio, testis berasal dari corda genitalia primer, sedangkan system saluran reproduksi berasal dari ductus wolffii. Alat reproduksi ternak jantan di bagi menjadi tiga yaitu; alat kelamin primer berupa testis, alat kelamin sekunder yaitu vas deverent, epididimis, penis, dan uretra, sedangkan kelenjar aksesori yaitu kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostata, dan kelenjar cowper.

3.1.  Alat kelamin primer.
Testis
             Adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-abdominal membantu testes melalui canalis inguinalis masuk scrotum. Hormone yang terlibat dalam pengaturan turunnya testes adalah gonadotropins dan androgen. Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada sapi, tetapi domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200. berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan dengan 12-15 saluran kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.
            Hormone testosterone diperlukan untuk perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder dan untuk tingkah laku perkawinan secara normal. Testosterone juga berfungsi untuk mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar tambahan (accessory glands), produksi spermatozoa, dan pemeliharaan system saluran reproduksi jantan. Sedangkan perannya dalam diri ternak sendiri adalah membantu mempertahankan kondisi optimum pada spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina.

3.1.2. Alat Reprodusi sekunder
a)            Vas deverent dan uretra
            Vas deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung distal dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas deferens bergabung dnegan urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing dari vesica urinaria. Bagian vas deferens yang membesar dekar dengan urethra, di sebut ampulla. Vas deferens mempunyai otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan mempunyai fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.

            Urethra. Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing dan semen. Pada sapid an domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis dengan ciran sekresi darikelnjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah pelvis menjadi semen. Pada kuda dan babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapid an domba. Semen kuda dan babi terdiri dari bagian bebas (tanpa) spermatozoa dan bagian yang kaya spermatozoa.

b)      Penis
            Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S” (sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak tersebut dan kuda mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis ke dalam tubuh kembali.
            Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih banyak jaringan erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapid an babi. Jaringan erectile adalah jaringan cavernous (sponge) terletak dalam dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan jaringan cavernouse yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis, merupakan sebuah daerah jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus ischlocavernouse. Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada saat ereksi penis dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks, tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih besar dibandingkan ketika tidak ereksi.

Menurut tipenya penis dibagi menjadi dua macam  yaitu:
1.   Tipe muskulokavernosus yang terdapat pada golongan anjing, kuda, primata dan sebagainya.
2.   Tipe fibroelastis terdapat pada sapi ,domba, kambing,babi,rusa, dan kerbau.

            Penis mempunyai fungsi sebagai alat kopulasi dan jalan keluar air mani pada waktu ejakulasi dan mendeposisikan air mani pada alat kelamin betina. Permukaan penis terutama kepala penis (glans penis ) sangat kaya dengan syaraf. Oleh karena itu, bagian ini sangat peka terhadap segala rangsangan ,serperti panas, dingin atau sakit.hal ini penting untuk diperhatikan terutama pada waktu pengambilan air mani seekor pejantan dengan memakai vagina buatan. Perlakuan yang kasar dan suhu yang panas atau dingin, demikian pula permukaan yang terlalu kasar dari vagina buatan dapat mengakibatkan terganggunya proses ejakulasi , sehingga air mani yang dihasilkan sangat berkurang. Oleh karena itu, suhu yang tepat dan permukaan vagina yang licin harus diperhatikan dari pengambilan air mani dengan memakai vagina buatan.penis mempunyai persediaan daraah yang besar dan permukaan yang lunak karena itu penis mudah sekal;i terluka dan pendarahan bisa cepat terjadi.  

Preputium
           Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut

c)      Skrotum dan kauda spermatikus.
           Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus pembungkus testes, terletak di daerah inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit yang tebal yang mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi selapis otot yang licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat.. Kantong skrotum terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah kulit diliputi oleh bulu dan kelenjar keringat di dalamnya. Lapisan kedua adalah tunika dartos yang terletak sangat rapat dengan kulit kecuali  pada bagian dorsal dari kantong skrotum. Lapisan ketiga adalah tunika vaginalis yang mempunyai pelebaran sampai ke peeritoneum dari rongga perut. Tunika vaginalis mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang membungkus testis dan epidididmis, lapisan pariental yang bersatu dengan rongga skrotum. Fungsi skrotum adalah melindungi testis dari gangguan luar, berupa pukulan, panas, dingin, dan gangguan-gangguan mekanis lainnya, fungsi terpenting adalah memcegah menurunnya suhu testis sampai beberapa derajat di bawah suhu tubuh sehingga memungkinkan terjadinya proses spermatogenesis secara sempurna.

d)      Epididimis
          Merupakan saluran eksternal pertama yang keluar dari testes di bagian apeks testis menurun longitudinal pada permukaan testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis. Caput epididymis, nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang bersambungan dengan cauda epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan mencapai 34 meter pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen corpus epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah,epithelial.

*Fungsi Epididymis
           Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama yaitu sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11, dan 9-14 hari. Beberapa factor yang menunjang perjalanan spermatozoa dalam epididymis, yaitu diantaranya adalah factor tekanan yang diakibatkan oleh produksi spermatozoa baru dari dalam tubuli seminiferi. Hal ini menyebabkan tekanan pada rete testis, vasa efferentia dan sampai pada epididymis. Gerakan spermatozoa dapat ditimbulkan oleh adanya pemijatan pada testis dan epididymis, hal ini dapat juga terjadi selama ternak memperoleh latihan atau gerak untuk mempertahankan kondisi tubuh yang baik (exercise). Pergerakan spermatozoa dibantu oleh adanya ejakulasi. Selama ejakulasi, kontraksi peristaltic melibatkan otot daging licin epididymis dan tekanan negative yang ditimbulkan oleh kontraksi vas deferens dan urethra menyebabkan spermatozoa dapat bergerak secara aktif dari epididymis menuju dalam vas deferens dan urethra.
Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi karena sel-sel epithel yang ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi pada caput dan ujung proximal dari corpus epididymis.
            Deposisi. Fungsi ketiga, adalah sebagai tempat deposisi (penyimpanan) spermatozoa. Sebagian besar disimpan pada cauda, dimana spermatozoa terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen besar. Epididymis sapi jantan dewasa berisi antara 50-74 milyar spermatozoa. Viskositas tinggi, pH rendah, konsentrasi CO2 tinggi, ratio K terhadap Na tinggi, pengaruh testosterone, dan factor-faktor lain bergabung membentuk suasana bagi spermatozoa mempunyai laju metabolisme yang rendah dan dapat hidup lama. Spermatozoa tetap dapat hidup dan tetap fertile dalam waktu kira-kira 60 hari dalam epididymis.
            Maturasi. Merupakan fungsi keempat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa spermatozoa yang baru saja masuk ke caput epididymis berasal dari vasa efferentia tidak memiliki fertilitas dan juga tidak memiliki motilitas. Spermatozoa setelah melewati epididymis, maka akan memiliki fertilitas dan motilitas. Jika kedua ujung Cauda epididymis diikat, maka diketahui spermatozoa yang berada terdekat dengan corpus menigkat kemampuan fertilitasnya dalam waktu sampai 25 hari, sedangkan spermatozoa yang terdekat dengan vas deferens menurun kemampuan fertilitasnya. Hal ini membuktikan bahwa semakin tua spermatozoa, maka semakin hilang kemampuan fertilnya jika tidak keluar atau bergerak keluar dari epididymis. Sementara spermatozoa dalam epididymis, spermatozoa melepaskan butir protoplasma (cytoplasmic droplet) yang terbentuk pada leher spermatozoa selama spermatogenesis.

3.1.3. Kelenjar – Kelenjar Tambahan
            Kelenjar – kelenjar tambahan (accessory glands) berada di sepanjang bagian uretra yang terletak di daerah pelvis, mempunyai saluran –saluran yang mengeluarkan sekresi – sekresinya kedalam uretra. Kelenjar – kelenjar tambahan ini terdiri dari kelenjar vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau kelenjar cowper. Kelenjar – kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi volume cairan semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar – kelenjar tambahan ini mengandung sebuah larutan buffers, zat – zat makanan dan substansi lain yang diperlukan bagi motilitas dan fertlitas.
           Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali karenamirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 – 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira – kira 4 cm. saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dariseparuh volume total dari semem dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran – campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
            Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan.
            Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan – gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina.
BAB IV
PENUTUP



4.1. KESIMPULAN
1. Organ reproduksi ternak jantan meliputi organ reproduksi primer, organ reproduksi sekunder,       dan organ reproduksi tambahan atau aksesoris.
2. Organ reproduksi primer terdiri dari testis; Organ reproduksi sekunder terdiri dari epididimis, vas defferens/ductus efferent, skrotum, penis; organ reproduksi tambahan/aksesoris terdiri dari vesicula urinaria, kelenjar prostata, kelenjar cowper/bulbo uretralis.
3. Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Testes berfungsi sebagai  penghasil sperma dan hormon kelamin jantan (testosterone)
4. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi.
5. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes.
6. Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup ujung penis.
7. Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma.
8. Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen.
9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm,  pada sapi Brahman  abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.






4.2. SARAN
    Untuk asisten, sebaiknya pada saat praktikum memperhatikan peraktikan yang sedang bermain-main dan menegurnya. Untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat laboratorium dan fasilitas lainnya dilengkapi dan diperbaharui agar kelancaran praktikum berjalan dengan baik.







DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2009.The Male Reproductive system.http:nongue.gsnu.ac.kr/~cspark/
teaching/chap3.html

Frandson R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.

Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang.

Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Malang: Universitas Brawijaya

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI VETERINER.Jakarta. UI Press.

Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada ternak. Angkasa; Bandung



Jumat, 11 Januari 2013

manfaat ternak dan hasil ternak bagi manusia

Tugas : Pengantar Ilmu Peternakan (PIP)

KONTRIBUSI TERNAK DAN HASIL TERNAK
TERHADAP KEHIDUPAN UMAT MANUSIA

O  L  E  H :
REZA SETYAWAN
L1A1 12 094

FAKULTAS PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2 0 1 3

KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan  Puji dan syukur kita kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan Hidayah-Nya akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan semaksimal mungkin dan tepat pada waktunya dengan judul “KONTRIBUSI TERNAK DAN HASIL TERNAK TERHADAP KEHIDUPAN UMAT MANUSIA” dalam makalah ini disajikan pokok-pokok pembahasan yang berkaitan dengan manfat ternak dan hasil ternak bagi kehidupan manusia.
Sebagai mahasiswa tak lupa kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu/membimbing saya selama menyusun makalah ini.semoga bantuan dari tman-teman mendapat imbalan yang setimpal dari Allah S.W.T.
Saya menyadari bahwa dalam membuat malakalah ini banyak kekurangannya masih jauh dari sempurna. Oleh  karena itu saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah selanjutnya.semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua dimasa depan.


    Kendari,14 Januari 2013                                               




DAFTAR ISI
HALAMAN …………………………………………………………………          1
KATA PENGANTAR …………………………………………………….           .            2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..          3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang …………………………………………………..           4
1.2  Tujuan ……………………………………………………………          5
1.3  Manfaat ………………………………………………………….           5
1.4  Permasalahan…………………………………………………….           6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendapat para pakar……………………………………………..            7
BAB III PEMBAHASAN
            3.1  Arti  Penting  Pangan  Hewani………………………………….           10
            3.2  Rendahnya Konsumsi…………………………………………..            11
            3.3 Manfaat Protein Hewani………………………………………...            11
            4.4  Pengembangan Ternak Lokal...................................................... 12
            3.5  Produk Peternakan………………………………………………           13
            3.6  Tantangan Penyedian Protein Hewani………………………….            14
            3.7  Upaya Penyediaan Pangan Hewani  di Indonesia………………           16

BAB IV PENUTU
            3.1 Kesimpulan………………………………………………………           18
            3.2 Saran……………………………………………………………..           18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………          19
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
            Peternakan adalah pengusaha ternak untuk tujuan memperoleh hasil dari ternak tersebut (ternak) untuk keperluan manusia. Sedangkan arti ternak itu sendiri adalah hewan piaraan, yang kehidupannya yaitu mengenal tempat perkembangbiakan, serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia.
Ada beberapa sub bab dari peternakan itu sendiri diantaranya, (1) peternakan murni (pure breeding) adalah cara peternak dimana perkembangbiakan ternaknya dilakukan dengan jalan pemacekan/perkawinan antara hewan-hewan yang termasuk satu rumpun. (2) perusahaan peternakan (livestock farming enterprise) adalah peternakan yang dilakukan pada tempat tertentu, serta perkembangbiakan ternaknya dan manfaatnya diatur dan diawasi oleh peternak/manusia. (3) peternakan komersial (commercial farm) adalah usaha peternakan yang khusus menghasilkan hasil-hasil ternak yang akan dikonsumsi masnusia. (4) peternakan sampingan (side line livestock farming) adalah usaha peternakan yan dilakukan secara sambilan untuk mendapatkan tambahan hasil disamping usaha utama.
Manusia memerlukan bahan pakan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Bahan pakan berguna untuk membangun sel-sel tubuh dan menjaga agar tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia yang tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuh. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging , telur dan susu serta olahan lainnya) sangat besar dan diproyeksikan akan meningkat sangat pesat selama periode tahun 2005-2020 mendatang khususnya Negara-negara  yang sedang berkembang. Penduduk dunia saat ini sekitar 6,3 milyar dan di perkirakan meningkat sebanyak 76 juta setiap tahunnya . dari jumlah penduduk tersebut sekitar 5,3 milyar (84%) diantaranya berdomisili di Negara-negara yang sedang berkembang yang rata-rata tingkat konsumsi protein hewaninya relative sangat rendah. Indonesia termasuk Negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk sekitar 212 juta jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% pertahun serta meningkatkan pendapatan perkapita sekitar 3% pertahun. Dari jumlah penduduk tersebut tentunya membutuhkan pangan hewani yang cukup besar dan diproyeksikan meningkat sangat cepat di masa mendatang. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani , juga ikut mendorong meningkatnya permintaan terhadap pangan hewani.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penuliusan makalah ini adalah sebagai syarat dan tugas Ujian Tengah Semester (UTS).mata kuliah “Pengantar Ilmu Peternakan”,serta mencari informasi mengenai analisis  data terhadap konstribusi dan hasil ternak untuk kebutuhan hidup umat manusia.

1.3 Manfaat
 Manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran ternak  terhadap pemenuhan pangan hewani serta pemenuhan gizi bagi kebutuhan  manusia.



1.4 Permasalahan
Ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain :
Ø  Apakah Arti penting pangan hewani itu ?
Ø  Berapa besar tingkat konsumsi gizi di Indonesia  ?
Ø  Apakah Manfaat protein hewani bagi kehidupan manusia ?
Ø  Bagaimana cara mengembangan Ternak Lokal ?
Ø  Apa produk peternakan itu ?
Ø  Apa sajakah tantangan dalam penyediaan protein hewani bagi kebutukhan manusia ?
Ø  Bagaimana upaya dalam penyedian pangan hewani di Indonesia ?




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendapat Para Pakar.
            Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk hidup sehat. Kita memerlukan pangan hewani  (daging, susu dan telur) sebagai sumber protein untuk kecerdasan, memelihara stamina tubuh, mempercepat regenerasi sel dan menjaga sel darah merah (eritrosit) agar tidak mudah pecah.  Meskipun masyarakat menyadari pangan hewani sebagai kebutuhan primer namun hingga kini konsumsi protein hewani penduduk Indonesia sangat rendah. Pada tahun 2000, konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya 3,5 kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi penduduk Malaysia (36,7 kg), Thailand (13,5 kg), Fhilipina (7,6 kg), Vietnam (4,6 kg) dan Myanmar (4,2 kg) (Poultry International, 2003). Konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya 10 gram/kapita/hari, sedangkan Malaysia 100 gram/kapita/hari (Aini, 1990 dalam Rusfidra, 2007).

Begitupun konsumsi telur penduduk Indonesia baru 2,7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia 14,4 kg, Thailand 9,9 kg dan Fhilipina 6,2 kg. Bila satu kilogram telur rata-rata terdiri atas 17 butir, maka konsumsi telur penduduk Indonesia hanya sekitar 46 butir/kapita/tahun atau 1/8 butir/kapita/hari. Pada periode yang sama, penduduk Malaysia setiap tahunnya memakan 245 butir telur atau 2/3 butir telur/kapita/hari.Konsumsi susu masyarakat Indonesia sangat rendah, yakni sekitar 7 kg /kapita /tahun, Malaysia mencapai 20 kg/kapita/tahun, sedangkan masyarakat Amerika  Serikat mengkonsumsi susu 100 kg/kapita/tahun. Konsumsi daging, telur dan susu yang rendah menyebabkan target konsumsi protein hewani sebesar 6 gram/kapita/hari masih jauh dari harapan. Angka ini dapat dicapai bila konsumsi terdiri dari 10 kg daging; 3,4 kg telur dan 6 kg susu/kapita/tahun. Padahal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, rata-rata konsumsi protein hewani yang ideal adalah 26 gram/kapita/hari (Tuminga et. al. 1999).
            Analisis paling akhir oleh Prof. I.K Han, guru besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul (1999) menyatakan adanya relasi positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH) dan pendapatan perkapita. Makin tinggi konsumsi protein hewani penduduk, makin tinggi UHH dan pendapatan domestik brutto (PDB) suatu negara. Masyarakat di beberapa negara berkembang seperti Korea, Brazil, China, Fhilipina dan Afrika Selatan memiliki konsumsi protein hewani 20-40 gram/kapita/hari, UHH penduduknya 65-75 tahun. Negara-negara maju seperti AS, Prancis, Jepang, Kanada dan Inggris konsumsi protein hewani masyarakatnya 50-80 gram/kapita/hari, UHH penduduknya 75-85 tahun. Sementara itu, negara-negara yang konsumsi protein hewaninya di bawah 10 gram/kapita/hari seperti Banglades, India dan Indonesia, UHH penduduknya hanya 55-65 tahun (Hadi, 2002).
Konsumsi protein hewani yang rendah dapat berdampak pada tingkat kecerdasan dan kualitas hidup penduduk. Negara Malaysia yang pada tahun 1970-an mendatangkan guru-guru dari Indonesia, sekarang jauh meninggalkan Indonesia, terutama dalam kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagaimana ditunjukkan oleh peringkat Human Development Indeks (HDI) tahun 2004 yang dikeluarkan United Nation Development Program (UNDP). Dalam periode tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-111, satu tingkat di atas Vietnam (112), namun jauh di bawah negara ASEAN lainnya, Singapura (peringkat 25), Malaysia (59), Thailand (76) dan Fhilipina (83) (Rusfidra, 2006a).
Studi Monckeberg (1971) dalam Rusfidra (2005c) menunjukkan adanya hubungan tingkat konsumsi protein hewani pada anak usia pra-sekolah. Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak usia prasekolah dapat mengakibatkan anak-anak berbakat normal menjadi sub-normal atau bahkan defisien. Peningkatan konsumsi protein hewani dapat mengurangi frekuensi kejadian defisiensi mental. Ironisnya mereka pada umumnya berasal dari keluarga tidak mampu (miskin).  Selain untuk kecerdasan, protein hewani dibutuhkan untuk daya tahan tubuh. Shiraki et al. (1972) dalam Rusfidra (2005c) membuktikan peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemia pada orang yang menggunakan otot untuk bekerja keras. Gejala anemia tersebut dikenal dengan istilah “sport anemia”. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi protein yang tinggi, dimana sebanyak 50% dari protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein hewani. Protein hewani memiliki komposisi asam amino yang lengkap dan dibutuhkan tubuh. Nilai hayati protein hewani relatif tinggi. Nilai hayati menggambarkan berapa banyak nitrogen (N) dari suatu protein dalam pangan yang dimanfaatkan oleh tubuh untuk pembuatan protein tubuh. Semakin tinggi nilai hayati protein suatu bahan pangan makin banyak zat N dari protein tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk pembentukan protein tubuh. Hampir semua pangan asal ternak mempunyai nilai hayati 80 ke atas. Telur memiliki nilai hayati tertinggi yakni 94-100 (kompas, 2009 dalam Rusfidra, 2005).

















BAB III
PEMBAHASAN
3.1  Arti  Penting  Pangan  Hewani
Dalam Undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (UU Pangan) disebutkan bahwa pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak azasi setiap rakyat Indonesia. Pangan tersebut dapat berasal dari bahan nabati atau hewani dengan fungsi utama sebagai sumber zat gizi. Berdasarkan evaluasi Susenas 2003, tingkat konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru sekitar 58% dari kebutuhan (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2004). Artinya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih bertumpu pada bahan pangan nabati untuk pemenuhan gizinya. Rendahnya konsumsi pangan hewani telah memberi kontribusi terhadap munculnya kasus gizi buruk di Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Laporan WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa dalam kurun tahun 1999-2001 sekitar 12,6 juta jiwa penduduk Indonesia menderita kurang pangan (SCN, 2004). Jumlah tersebut mungkin menjadi bagian dari masyarakat yang mengalami defisit energi protein. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 terungkap bahwa sekitar 81,5 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami defisit energi protein, terutama protein hewani (Pambudy, 2004). Pemenuhan kebutuhan pangan hewani bagi sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia yang terus bertambah lebih dari 1,3% per tahun merupakan permasalahan yang perlu diupayakan jalan keluarnya. Hingga saat ini produk olahan hasil ternak di Indonesia masih terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan nasional masih harus impor (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2004). Untuk penyediaan hasil ternak dalam jangka panjang, perlu optimalisasi seluruh segmen kegiatan industri peternakan, yaitu: (1) industry primer seperti pembibitan dan budidaya ternak, (2) industri sekunder dalam kegiatan pasca panen, dan (3) industri tersier di bidang distribusi dan pemasaran (Chamdi, 2004). Goldberg (1991) memprediksikan bahwa dalam agribisnis global tahun 2000-2028, focus kegiatan dan penyerapan dana terbesar adalah untuk industri sekunder dan tersier. FAO juga telah mencanangkan bahwa tahun 2020 akan terjadi Revolusi Peternakan (Livestock Revolution) sebagai The Next Food Revolution. Oleh sebab itu, peranan teknologi pangan sebagai inti industri sekunder peternakan dalam pengembangan produk olahan hasil ternak harus ditingkatkan untuk antisipasi kompetisi global saat ini dan di masa depan.

3.2  Rendahnya Konsumsi
Tingkat konsumsi hasil ternak bagi masyarakat Indonesia, dinilai masih jauh dibawah kecukupan gizi yang dianjurkan. Berdasarkan analisis dari Pola Pangan Harapan (PPH), tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan protein asal ternak baru mencapai 5,1 g/kap/hr yang setara dengan konsumsi susu 7,5 kg/kap/th, daging 7,7 kg/kap/th, dan telur 4,7 kg/kap/th (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2004). Tingkat konsumsi protein hasil ternak tersebut terhitung kecil dibanding jumlah konsumsi protein (total nabati dan hewani) yang dianjurkan sebesar 46,2 g/kap/hr (Tranggono, 2004). Sebagai pembanding, konsumsi susu di Amerika, Jepang dan beberapa negara Eropa sudah lebih dari 80 kg/kap/th. Konsumsi susu beberapa negara ASEAN juga relatif tinggi, yaitu Philippina 18,8 kg/kap/th, Malaysia 22,5 kg/kap/th, Thailand 28,0
kg/kap/th dan Singapura 32 kg/kap/th.

3.3 Manfaat Protein Hewani
Studi Monckeberg (1971) dalam Rusfidra (2005c) menunjukkan adanya hubungan tingkat konsumsi protein hewani pada anak usia pra-sekolah. Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak usia prasekolah dapat mengakibatkan anak-anak berbakat normal menjadi sub-normal atau bahkan defisien. Peningkatan konsumsi protein hewani dapat mengurangi frekuensi kejadian defisiensi mental. Ironisnya mereka pada umumnya berasal dari keluarga tidak mampu (miskin).
Selain untuk kecerdasan, protein hewani dibutuhkan untuk daya tahan tubuh. Shiraki et al. (1972) dalam Rusfidra (2005c) membuktikan peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemia pada orang yang menggunakan otot untuk bekerja keras. Gejala anemia tersebut dikenal dengan istilah “sport anemia”. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi protein yang tinggi, dimana sebanyak 50% dari protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein hewani.
Protein hewani diduga berperan terhadap daya tahan eritrosit (sel darah merah) sehingga tidak mudah pecah. Protein hewani juga berperan dalam mempercepat regenerasi sel darah merah.Protein hewani memiliki komposisi asam amino yang lengkap dan dibutuhkan tubuh. Nilai hayati protein hewani relatif tinggi. Nilai hayati menggambarkan berapa banyak nitrogen (N) dari suatu protein dalam pangan yang dimanfaatkan oleh tubuh untuk pembuatan protein tubuh. Semakin tinggi nilai hayati protein suatu bahan pangan makin banyak zat N dari protein tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk pembentukan protein tubuh. Hampir semua pangan asal ternak mempunyai nilai hayati 80 ke atas. Telur memiliki nilai hayati tertinggi yakni 94-100 (Hardjosworo, 1987 dalam Rusfidra, 2005e).

4.4  Pengembangan Ternak Lokal
Dalam rangka memacu pertumbuhan produksi peternakan nasional, seharusnya perhatian lebih difokuskan pada usaha peternakan rakyat dan ternak lokal yang tersebar mulai dari perkotaan sampai perdesaan. Menurut Martojo (2003) jumlah rumahtangga peternakan sekitar 4,5 juta rumahtangga (RTP). Bentuk peternakan yang ada pun sebagian besar merupakan peternakan rakyat, yaitu sapi potong (99,6 %), kambing/domba (99,99 %), kerbau (88,7 %), sapi perah (91,1 %), ayam ras petelur (82,4 %), ayam buras dan itik (100 %) (Soehadji, 1992 dalam Rusfidra, 2004) .Pada umumnya ternak-ternak yang dipelihara pada usaha peternakan rakyat adalah ternak lokal. Ternak lokal merupakan sumber daya ternak yang sudah lama dipelihara peternak pedesaan dan berperan penting dalam sistem usahatani di perdesaan. Usaha peternakan rakyat inilah yang seharusnya menjadi basis pengembangan peternakan nasional. Pengembangan komoditi ternak yang berbasis bahan pakan impor sangat rawan dijadikan sebagai basis pembangunan peternakan nasional. Alasannya adalah tiga komponen bahan pakan (jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan) merupakan bahan impor yang menguras devisa. Itulah sebabnya usaha peternakan berbahan baku impor (ayam ras pedaging dan petelur) mengalami kontraksi yang tajam ketika krisis ekonomi dan bangkrutnya secara massal para peternak ayam ras.

3.5  Produk Peternakan
Produk hasil ternak merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi rakyat selain bahan pangan pokok rakyat (beras). Sebagai pendamping sajian makan sehari-hari , bahan pangan hewani merupakan sumber protein penting (selain protein nabati) yang sangat berperan dalam pemenuhan gizi masyarakat. Secara tradisional, sejak dahulu, masyarakat kita sudah menyandingkan produk pangan hewani ini dalam menu makanan sehari-harinya.
Produk pangan hewani umumnya berupa daging, susu, telur dan ikan yang sangat kaya protein. Protein ini juga sangat kaya asam amino esensial yang sangat sesuai dengan kebutuhan manusia. Produk hewani mempunyai peran yang sangat penting, hal ini berkaitan pada asupan kalori-protein yang rendah pada anak balita menyebabkan terganggunya pertumbuhan, meningkatnya resiko terkena penyakit, mempengaruhi perkembangan mental, menurunkan performs mereka di sekolah dan menurunkan prokduktivitas tenaga kerja setelah dewasa. Kasus malnutrisi yang sangat parah pada usia balita dapat menyebabkan bangsa ini mengalami loos generation. Akibatnya adalah rendahnya daya saing SDM bangsa ini dalam percaturan global antar bangsa.
Daging merupakan salah satu jenis ternak yang hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai bahan pangan, daging merupakan sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang cukup lengkap. Dengan meluasnya konsumsi daging, sehingga telah banyak bentuk hasil olahan yang berasal dari daging seperti daging kornet, sosis, dendeng, abon dan daging sapi asap dan lain-lain. Bentuk-bentuk pengolahan ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi yang mengolahnya sehingga hasil olahan tersebut dapat juga.

3.6  Tantangan Penyedian Protein Hewani
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 273,7 juta jiwa. Demikian dikatakan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas saat menyebutkan proyeksi penduduk Indonesia tahun 2000-2025 (Kompas, 3/8/2005). Dengan jumlah penduduk sebesar itu Indonesia merupakan pasar yang luar biasa besar. 
Namun sayangnya, kita masih sangat tergantung pada bahan impor. Setiap tahun Indonesia mengimpor sapi hidup sebanyak 450 ribu ekor dari Australia. Setiap tahun negara agraris ini mengimpor 1 juta ton bungkil kedele, 1,2 juta ton jagung, 30 ribu ton tepung telur dan 140 ribu ton susu bubuk. Importasi bahan pangan tersebut menguras devisa negara cukup besar.Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat negara di dunia, Indonesia termasuk pasar potensial bagi negara-negara lain. Produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi produk peternakan. Hal ini merupakan tantangan besar dalam penyediaan bahan pangan hewani sebagai sumber protein yang dibutuhkan oleh masyarakat. Saat ini konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat rendah yakni 4,5 gram/kapita/hari, sementara konsumsi protein hewani masyarakat dunia adalah 26 gram/kapita/hari (Han, 1999). Peningkatan konsumsi protein hewani dapat dipacu dengan meningkatkan pendapatan rumahtangga dan kesadaran gizi masyarakat
Merebaknya kasus gizi buruk (malnutrisi) dan busung lapar pada anak-anak usia bawah lima tahun (balita) beberapa waktu lalu sangat merisaukan kita sebagai bangsa. Sesungguhnya, kasus malnutrisi disebabkan kurangnya asupan kalori-protein pada tingkat rumahtangga. Masa balita merupakan “periode emas (the golden age)” pertumbuhan anak manusia dimana sel-sel otak sedang berkembang dengan pesat. Dalam periode ini protein hewani sangat dibutuhkan agar otak berkembang secara optimal, tidak sampai tulalit, (Nadesul, Kompas 9/7/05). 
Asupan kalori-protein yang rendah pada anak balita menyebabkan terganggunya pertumbuhan, meningkatnya resiko terkena penyakit, mempengaruhi perkembangan mental, menurunkan performans mereka di sekolah dan menurunkan produktivitas tenaga kerja setelah dewasa (Pinstrup-Andersen, 1993 dalam Rusfidra, 2005a). Kasus malnutrisi yang sangat parah pada usia balita dapat menyebabkan bangsa ini mengalami loss generation. Akibat berikutnya adalah rendahnya daya saing SDM bangsa ini dalam percaturan global antar bangsa.
Namun sayangnya, ditengah usaha berbagai pihak mempromosikan peningkatan konsumsi protein hewani, negara ini kembali disibukkan oleh merebaknya wabah flu burung. Hingga Januari 2006 jumlah pasien yang diduga terinfeksi flu burung berjumlah 85 orang, dimana 17 pasien diantaranya meninggal dunia. Realitas ini menunjukkan bahwa kasus flu burung masih bersirkulasi di sekitar kita Oleh karena itu, kita berharap kepada aparatur pemerintah (Deptan dan Depkes).
Agar bekerja dengan visi dan rencana kerja yang sistematis, tidak bekerja serabutan seperti selama ini. Selama ini terkesan birokrat bekerja seperti “pemadam kebakaran”, baru kelihatan program kerjanya setelah timbulnya masalah. Wabah flu burung telah berdampak pada turunnya konsumsi daging dan telur karena adanya kekawatiran masyarakat akan terinfeksi flu burung bila memakan telur dan daging ayam. Meskipun wabah flu burung bersifat fatal (mematikan) pada unggas, namun konsumen tidak perlu kawatir untuk mengkonsumsi daging ayam dan telur. Karena dengan pemanasan pada suhu 56 C selama 3 jam atau pada 60 C selama 30 menit virus Avian Influenza (AI) akan mati. Artinya, selama konsumen tidak memakan telur atau daging ayam mentah, maka kecil peluang terinfeksi AI (Rusfidra, 2005b). 
Penularan flu burung selama ini terjadi melalui pernafasan (air borne desease), bukan melalui makanan (food borne desease). Karena itu, kampanye makan daging ayam dan telur secara aman merupakan langkah cerdas untuk memulihkan citra bahwa memakan daging ayam dan telur relatif aman sepanjang kedua komoditi unggas tersebut diolah secara benar sebelum dimakan.
Selain itu, juga diperlukan program penyediaan sumber protein hewani yang murah, mudah tersedia, terjangkau dan bergizi tinggi pada tingkat rumahtangga. Dalam konteks ini, program “Family Poultry” layak ditimbang sebagai sebuah solusi mengatasi terjadinya malnutrisi, efektif dalam pengentasan kemiskinan, menjaga ketahanan pangan pada tingkat rumahtangga dan sebagai sumber pendapatan (Rusfidra, 2005a, Rusfidra, 2005c, Rusfidra, 2005d).

3.7  Upaya Penyediaan Pangan Hewani  di Indonesia
Upaya peningkatan ketersediaan pangan menjadi program pemerintah yang sangat sulit dilakukan, terutama di bidang peternakan yang berhubungan dengan swasembada daging. Hal ini terkendala masalah penyediaan bibit, modal serta SDM , lebih dari 90% ternak sapi dipelihara oleh sekitar 6,5 juta rumah tangga di pedesaan dengan pengetahuan peternakan yang minim. Banyak dari peternak sapi potong itu juga telah berusia tua, dengan tingkat pendidikan lulusan sekolah dasar sehingga pengetahuan mereka pun terbatas.





Sulitnya memenuhi pangan hewani berupa daging tercermin pada awal pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla , program swasembada daging sapi ditargetkan pada tahun 2005, kemudian direfisi 2010 . namun tahun 2010 hal itu juga tidak akan tercapai karena tidak mungkin dalam 2 tahun ditambah populasi bibit sapi 1 juta ekor. Selain tidak ada dana , bibit juga tidak ada. Mentri pertanian sebelumnya, Anton Apriantono, mengakui, program swasembada daging sapi gagal dicapai. Gagalnya program swasembada daging sapi karena laju pertambahan populasi kalah cepat(kompas, 9/9/2009)
Departemen Pertanian menargetkan swasembada daging sapi secara bertahap pada tahun 2014. Melalui sejumlah program, penyediaan daging sapi didalam negeri diproyeksikan meningkat 67% pada tahun 2010 menjadi 90% di tahun 2014. “dengan berbagai upaya ini, populasi sapi potong ditargetkan meningkat dari 12 juta ekor pada tahun 2009 menjadi 14,6 juta ekor pada tahun 2014” kata Suwarno . hal ini disampaikan pada saat memaparkan rencana strategis kecukupan daging 2010-2014 dalam seminar nasional pengembangan ternak potong untuk mewujudkan  program  kecukupan / swasembada daging di Fakultas Petrnakan Universitas GajahMada , Jogjakarta , sabtu (7/11).





















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hewan ternak sebagai sumber pakan hewani mempunyai beberapa manfaat yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia antara lain, : untuk kecerdasan, protein hewani juga dibutuhkan untuk daya tahan tubuh, Protein hewani diduga berperan terhadap daya tahan eritrosit (sel darah merah) sehingga tidak mudah pecah, Protein hewani juga berperan dalam mempercepat regenerasi sel darah merah.
 Analisis paling akhir oleh Prof. I.K Han, guru besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul (1999) menyatakan adanya relasi positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH) dan pendapatan perkapita. Makin tinggi konsumsi protein hewani penduduk, makin tinggi UHH dan pendapatan domestik brutto (PDB) suatu negara.ebagai sumber pangan hewani sangat berperan penting bagi kelangsuna
Dengan demikian, hewan ternak sebagai sumber pangan hewani sangat berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia dan berpengaruh pada kwalitas SDM seseorang.Karna menghasilkan cakupan energy yang sangat tinggi,selain di manfaatkan dagingnya hewan ternak juga bisa memberikan nilai tambah penghasilan bagi peternak.

4.2 Saran
            Makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karna itu saya sangat memerlukan saran dari teman-teman dan dosen pembimbing.agar makalah lebih sempurna dari sekarang ini.dan dapat bermanfaat untuk kita semua.


          
DAFTAR PUSTAKA
Aini, I. 1990. Indigenous poultry production in South East Asia.
World Poultry Science Journal.Jakarta
Hadi, P.U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan prospek pengembangan usaha pembibitan
 sapi potong di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Bogor 
Kompas, 2009. Swasembada Daging Sapi. 09 November 2009.http://m.kompas.com. (diakses pada tanggal 11 januari 20013)
Rusfidra. 2005d. Protein hewani dan kecerdasan. Arikel Opini Harian Sinar Harapa.Bogor
Rusfidra. 2005c.Mencegah gizi buruk dan mengentaskan kemiskinan: peternakan skala rumahan. Artikel iptek Harian Pikiran  Rakyat. Bandung, 25 Agustus 2005. 
Tuminga. 1999. Livestock 2020: The next food revolution. www.ifpri.org/2020/briefs/number61.html.(diakses pada tanggal 11 Januari 2013)