Tugas : biologi dasar
MAKALAH ORGAN REPRODUKSI PADA HEWAN
O L E H
Reza setyawan
L1A1
12 094
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk
kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang
mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan.
(Anonymous.2009 ). Reproduksi hewan jantan adalah suatu proses yang kompleks
yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila
makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual
maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat
reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung
baik ternak jantan maupun betina.
Pada hewan ternak, alat kelamin jantan umumnya mempunyai
bentuk yang hampir bersamaan, terdiri dari testis yang terletak di dalam
skrotum, saluran-saluran alat kelamin, penis, dan kelenjar aksesoris. Alat
kelamin jantan dibagi menjadi alat kelamin primer berupa testis dan alat
kelamin sekunder berbentuk saluran-saluran yang menghubungkan testis dengan
dunia luar yaitu vas deferent, epididimis, vas deferent, dan penis yang di
dalamnya terdapat uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan cairan
aksesoris keluar pada waktu ejakulasi .
Dan dalam paper ini kami akan menjabarkan masing-masing
organ reproduksi ternak jantan beserta letak masing-masing organ tersebut. Maka
dari itu kami memberi judul paper ini “ANATOMI ORGAN REPRODUKSI TERNAK JANTAN
“, yang akan dijabarkan sebagaimana berikut ini.
1.2. Tujuan
Tujuan
dilakukannya praktikum mengenai Pengenalan Organ Reproduksi Jantan adalah mengetahui
ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-bagian organ kelamin jantan serta
mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.
Kegunaannya adalah agar praktikan dapat mengenal dan
mengetahui ukuran, bentuk serta fungsi dari masing-masing bagian organ kelamin
jantan.
1.3. Manfaat
1.3. Manfaat
Manfaat
yang diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengenal serta
mengetahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi pada hewan ternak,yang
belum pernah didapat sebelumnya disemester lalu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga
komponen; (a) organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis
testiculus (jamak: testes atau testiculae), disebut juga orchis didymos, (b)
sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap kelenjar-kelenjar vesikularis,
prostata dan cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas
deferens, dan (c) alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis (
Toelihere, 1979 dan Marawali2001).
Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).
Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).
Struktur-struktur testis meliputi; a) Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung testis. Licin karena banyak mengandung pembuluh syaraf dan darah. b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus, merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari Lobulus; d) Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan Lobulus; e) Ductus efferentis; f) Caput Epididimis, membentuk suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung proximal testis. g) Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis membelok ke atas; h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testis yang membelok ke atas. i) Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere,Marawali2001).
Epididimis
Epididimis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal
testis berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan
ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan
dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis.
Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas satu
pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus epididimis (badan
epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes
epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan
bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas.
Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung
bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).
Vas deferens
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari
ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting
dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya mencapai 2 mm
dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali, 2001).
Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis
dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali
spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan
memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain
pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang
abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua
lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput
peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan
bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk
funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum
abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas
vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus
efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm,
diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan
diameternya 2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula
dan pada babi kecil (jony,Marawali,2001). Sperma diangkut dari ekor epididimis
ke ampula di bantu dengan gerakan peristaltik vas deferens. Kelenjar-kelenjar
vesikularis mengahasilkan fruktosa dan asam sitrat. Ampula dapat diurut secara
manual untuk memperoleh semen (Toelihere 1979, Marawali 2001).
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen. Pada saat praktikum, untuk mengamati gambaran eksternal dari testis dinding yang mengandung otot-otot licin tersebut di kupas sampai testis terlihat dan Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya 2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Marawali, 2001).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 . ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN TERNAK
Organ reproduksi ternak jantan tersiri dari testes, scrotum, corda spermaticus, kelenjar tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran reproduksi jantan. System saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis, epididymis, vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio, testis berasal dari corda genitalia primer, sedangkan system saluran reproduksi berasal dari ductus wolffii. Alat reproduksi ternak jantan di bagi menjadi tiga yaitu; alat kelamin primer berupa testis, alat kelamin sekunder yaitu vas deverent, epididimis, penis, dan uretra, sedangkan kelenjar aksesori yaitu kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostata, dan kelenjar cowper.
3.1.
Alat kelamin primer.
Testis
Adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-abdominal membantu testes melalui canalis inguinalis masuk scrotum. Hormone yang terlibat dalam pengaturan turunnya testes adalah gonadotropins dan androgen. Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada sapi, tetapi domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200. berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan dengan 12-15 saluran kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.
Adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-abdominal membantu testes melalui canalis inguinalis masuk scrotum. Hormone yang terlibat dalam pengaturan turunnya testes adalah gonadotropins dan androgen. Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada sapi, tetapi domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200. berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan dengan 12-15 saluran kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.
Hormone testosterone diperlukan untuk perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder
dan untuk tingkah laku perkawinan secara normal. Testosterone juga berfungsi
untuk mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar tambahan (accessory glands),
produksi spermatozoa, dan pemeliharaan system saluran reproduksi jantan.
Sedangkan perannya dalam diri ternak sendiri adalah membantu mempertahankan
kondisi optimum pada spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi
spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina.
3.1.2.
Alat Reprodusi sekunder
a)
Vas deverent dan uretra
Vas deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian
ujung distal dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum,
membentang sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang
pelvis, dimana vas deferens bergabung dnegan urethra di suatu tempat dekat
dengan lubang saluran kencing dari vesica urinaria. Bagian vas deferens yang
membesar dekar dengan urethra, di sebut ampulla. Vas deferens mempunyai otot
daging licin yang tebal pada dindingnya dan mempunyai fungsi tunggal yaitu
sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa dikumpulkan dalam ampulla
selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.
Urethra. Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan
dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran
kencing dan semen. Pada sapid an domba selama ejakulasi terjadi percampuran
yang kompleks antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis
dengan ciran sekresi darikelnjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di
daerah pelvis menjadi semen. Pada kuda dan babi percampuran ini tidak
sesempurna pada sapid an domba. Semen kuda dan babi terdiri dari bagian bebas
(tanpa) spermatozoa dan bagian yang kaya spermatozoa.
b)
Penis
Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra
keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra
eksternal pada ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba, kambing, dan babi
penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S” (sigmoid flexure)
sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak
tersebut dan kuda mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot
daging licin, jika releks memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika
kontraksi dapat menarik penis ke dalam tubuh kembali.
Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih banyak jaringan
erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapid an babi.
Jaringan erectile adalah jaringan cavernous (sponge) terletak dalam dua daerah
penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan jaringan cavernouse
yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada
pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis, merupakan sebuah daerah
jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus
spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus
ischlocavernouse. Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus ischlocavernous
adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal bukan otot
daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada umumnya
ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada saat ereksi penis
dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks,
tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih besar dibandingkan
ketika tidak ereksi.
Menurut tipenya penis dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Tipe
muskulokavernosus yang terdapat pada golongan anjing, kuda, primata dan
sebagainya.
2. Tipe
fibroelastis terdapat pada sapi ,domba, kambing,babi,rusa, dan kerbau.
Penis mempunyai fungsi sebagai alat kopulasi dan jalan keluar air mani pada
waktu ejakulasi dan mendeposisikan air mani pada alat kelamin betina. Permukaan
penis terutama kepala penis (glans penis ) sangat kaya dengan syaraf. Oleh
karena itu, bagian ini sangat peka terhadap segala rangsangan ,serperti panas,
dingin atau sakit.hal ini penting untuk diperhatikan terutama pada waktu
pengambilan air mani seekor pejantan dengan memakai vagina buatan. Perlakuan
yang kasar dan suhu yang panas atau dingin, demikian pula permukaan yang
terlalu kasar dari vagina buatan dapat mengakibatkan terganggunya proses
ejakulasi , sehingga air mani yang dihasilkan sangat berkurang. Oleh karena
itu, suhu yang tepat dan permukaan vagina yang licin harus diperhatikan dari
pengambilan air mani dengan memakai vagina buatan.penis mempunyai persediaan
daraah yang besar dan permukaan yang lunak karena itu penis mudah sekal;i
terluka dan pendarahan bisa cepat terjadi.
Preputium
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut
c)
Skrotum dan kauda spermatikus.
Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus
pembungkus testes, terletak di daerah inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu
terletak di antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit
yang tebal yang mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi
selapis otot yang licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat..
Kantong skrotum terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah kulit
diliputi oleh bulu dan kelenjar keringat di dalamnya. Lapisan kedua adalah
tunika dartos yang terletak sangat rapat dengan kulit kecuali pada bagian
dorsal dari kantong skrotum. Lapisan ketiga adalah tunika vaginalis yang
mempunyai pelebaran sampai ke peeritoneum dari rongga perut. Tunika vaginalis
mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang membungkus testis dan
epidididmis, lapisan pariental yang bersatu dengan rongga skrotum. Fungsi
skrotum adalah melindungi testis dari gangguan luar, berupa pukulan, panas,
dingin, dan gangguan-gangguan mekanis lainnya, fungsi terpenting adalah
memcegah menurunnya suhu testis sampai beberapa derajat di bawah suhu tubuh
sehingga memungkinkan terjadinya proses spermatogenesis secara sempurna.
d)
Epididimis
Merupakan saluran eksternal pertama yang keluar dari testes di bagian apeks
testis menurun longitudinal pada permukaan testes, dikurung oleh tunica
vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, caput
(kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis. Caput epididymis, nampak
pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa
efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang dari
apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang
bersambungan dengan cauda epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan
mencapai 34 meter pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar
daripada lumen corpus epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran
eksternal lainnya, vas deferens dan urethra adalah serupa pada saluran
reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti dengan otot daging
yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah,epithelial.
*Fungsi Epididymis
*Fungsi Epididymis
Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama yaitu sebagai sarana
transportasi bagi spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam epididymis
pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11,
dan 9-14 hari. Beberapa factor yang menunjang perjalanan spermatozoa dalam
epididymis, yaitu diantaranya adalah factor tekanan yang diakibatkan oleh
produksi spermatozoa baru dari dalam tubuli seminiferi. Hal ini menyebabkan
tekanan pada rete testis, vasa efferentia dan sampai pada epididymis. Gerakan
spermatozoa dapat ditimbulkan oleh adanya pemijatan pada testis dan epididymis,
hal ini dapat juga terjadi selama ternak memperoleh latihan atau gerak untuk
mempertahankan kondisi tubuh yang baik (exercise). Pergerakan spermatozoa
dibantu oleh adanya ejakulasi. Selama ejakulasi, kontraksi peristaltic
melibatkan otot daging licin epididymis dan tekanan negative yang ditimbulkan
oleh kontraksi vas deferens dan urethra menyebabkan spermatozoa dapat bergerak
secara aktif dari epididymis menuju dalam vas deferens dan urethra.
Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi karena sel-sel epithel yang ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi pada caput dan ujung proximal dari corpus epididymis.
Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi karena sel-sel epithel yang ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi pada caput dan ujung proximal dari corpus epididymis.
Deposisi. Fungsi ketiga, adalah sebagai tempat deposisi
(penyimpanan) spermatozoa. Sebagian besar disimpan pada cauda, dimana
spermatozoa terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen besar. Epididymis
sapi jantan dewasa berisi antara 50-74 milyar spermatozoa. Viskositas tinggi,
pH rendah, konsentrasi CO2 tinggi, ratio K terhadap Na tinggi, pengaruh
testosterone, dan factor-faktor lain bergabung membentuk suasana bagi
spermatozoa mempunyai laju metabolisme yang rendah dan dapat hidup lama.
Spermatozoa tetap dapat hidup dan tetap fertile dalam waktu kira-kira 60 hari
dalam epididymis.
Maturasi. Merupakan fungsi keempat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa spermatozoa
yang baru saja masuk ke caput epididymis berasal dari vasa efferentia tidak
memiliki fertilitas dan juga tidak memiliki motilitas. Spermatozoa setelah
melewati epididymis, maka akan memiliki fertilitas dan motilitas. Jika kedua
ujung Cauda epididymis diikat, maka diketahui spermatozoa yang berada terdekat
dengan corpus menigkat kemampuan fertilitasnya dalam waktu sampai 25 hari,
sedangkan spermatozoa yang terdekat dengan vas deferens menurun kemampuan
fertilitasnya. Hal ini membuktikan bahwa semakin tua spermatozoa, maka semakin
hilang kemampuan fertilnya jika tidak keluar atau bergerak keluar dari
epididymis. Sementara spermatozoa dalam epididymis, spermatozoa melepaskan
butir protoplasma (cytoplasmic droplet) yang terbentuk pada leher spermatozoa
selama spermatogenesis.
3.1.3. Kelenjar – Kelenjar Tambahan
3.1.3. Kelenjar – Kelenjar Tambahan
Kelenjar – kelenjar tambahan
(accessory glands) berada di sepanjang bagian uretra yang terletak di daerah
pelvis, mempunyai saluran –saluran yang mengeluarkan sekresi – sekresinya
kedalam uretra. Kelenjar – kelenjar tambahan ini terdiri dari kelenjar
vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau kelenjar
cowper. Kelenjar – kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi volume cairan
semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar – kelenjar tambahan ini
mengandung sebuah larutan buffers, zat – zat makanan dan substansi lain yang
diperlukan bagi motilitas dan fertlitas.
Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal
vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali
karenamirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang kelenjar ini sama
pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 – 15
cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi
mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda.
Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira –
kira 4 cm. saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat
bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan
sekresinya lebih dariseparuh volume total dari semem dan pada jenis – jenis
ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar
vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai
pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran – campuran
anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber
energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan
babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua
larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam
mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH
semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak
mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang
ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat
pada ternak yang dewasa, pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi
parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra.
Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen
pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa
laporan menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate
sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate
mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam
larutan.
Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang
kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra
dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan
yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada
babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya
pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral
membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi.
Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat
sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen
babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babai akan
digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan –
gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar
melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
KESIMPULAN
1. Organ reproduksi ternak jantan
meliputi organ reproduksi primer, organ reproduksi sekunder,
dan organ reproduksi tambahan atau
aksesoris.
2. Organ reproduksi primer terdiri
dari testis; Organ reproduksi sekunder terdiri dari epididimis, vas
defferens/ductus efferent, skrotum, penis; organ reproduksi tambahan/aksesoris
terdiri dari vesicula urinaria, kelenjar prostata, kelenjar cowper/bulbo
uretralis.
3. Testes pada hewan jantan
berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Untuk sapi Bali
yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran
testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan
berdiameter 18 cm. Testes berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon
kelamin jantan (testosterone)
4. Vas deferens memiliki warna
putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens
terlihat berwarna kemerah-merahan. Sapi bali yang normal saluran vas
deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman
normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal
panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk
menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi.
5. Scrotum merupakan lapisan terluar
dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur
kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat
berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes.
6. Preputium merupakan kulit
tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk
yang membungkus atau menutup ujung penis.
7. Kelenjar vesikuler befungsi
untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang tinggi yang digunakan
sebagai sumber energi bagi sperma.
8. Kelenjar prostat pada sapi bali
normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman abnormal panjang 4,5
dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman normal sulit
diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan
dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning
kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap semen dan
serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan makanan untuk
sperma di dalam semen.
9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk
menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua
kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, Kelenjar cowpers
berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada sapi Bali
normal panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm, pada sapi Brahman
abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.
4.2.
SARAN
Untuk asisten,
sebaiknya pada saat praktikum memperhatikan peraktikan yang sedang bermain-main
dan menegurnya. Untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat laboratorium dan
fasilitas lainnya dilengkapi dan diperbaharui agar kelancaran praktikum
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2009.The Male Reproductive
system.http:nongue.gsnu.ac.kr/~cspark/
teaching/chap3.html
teaching/chap3.html
Frandson R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animals
6th ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak.
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan
Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang.
Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Malang:
Universitas Brawijaya
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI VETERINER.Jakarta. UI Press.
Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI VETERINER.Jakarta. UI Press.
Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi
Reproduksi pada ternak. Angkasa; Bandung
0 komentar:
Posting Komentar